Senin, 30 November 2009

PROBLEM POSSING JUGA EFEKTIF UNTUK PONDOK ROMADON

Saat memasuki bulan Romadhon hampir semua Sekolah melaksanakan kegiatan Pondok Romadhon. Ada yang melaksanakan pada awal bulan Romadhon setelah libur awal puasa ada yang melaksanakan pada tengah bulan Romadhon dan ada pula yang melaksanakan pada akhir bulan Romadhon atau mendekati saat libur hari raya. Kegiatan pada Pondok Romadhon juga bervariasi pada lamanya pelaksanaan, ada yang melaksanakan selama dua hari untuk satu kelas paralel, ada yang melaksanakan hanya satu hari dan ada pula yang melaksanakan dengan bermalam di Sekolah. Materi yang diberikan juga berbeda antar sekolah yang satu dan yang lain walau ada persamaan untuk materi-materi tertentu antara lain tentang tadarus Alqur’an, pengumpulan zakat fitrah, hikmah puasa, adab atau akhlak.
Di Sekolah saya juga melaksanakan pondok Romadhon yang pelaksanaannya dilakukan tengah bulan Romadhon. Saya sebagai guru mata pelajaran matematika dan kebetulan untuk tahun ini ditunjuk sebagai pemateri pada kegiatan pondok Romadhon. Materi yang akan saya sampaikan adalah tentang Puasa. Saya pelajari semua buku-buku atau sumber-sumber yang menerangkan tentang puasa, bagi saya mengajar yang berkaitan dengan masalah Agama lebih sulit karena sumbernya bermacam-macam dan kadang pula ada hadist yang lemah meriwayatkannya. Kebetulan saya kebagian jam pertemuan yang agak siang atau menjelang siang yaitu sekitar jam 10.30 WIB. Saya masuki kelas dan saya ucapkan salam. Saya sampaikan materi dengan metode tanya jawab. Saya kurang tahu penyebabnya, apakah pertanyaan saya terlalu sulit, ataukah pertanyaan saya kurang bisa dipahami, ataukah siswa-siswa saya sudah lelah atau bahkan perutnya terasa lapar. Yang pasti, metode tanya jawab saya tidak berlangsung sesuai harapan dan akhirnya mengarah pada metode ceramah. Semua siswa saya duduk terdiam dan terpaku menyaksikan dan mendengarkan saya ceramah bagai ustadzah. Dan yang paling penting adalah mulut saya terasa sangat lelah atau capek setelah pemberian materi selesai.
Pada pelajaran matematika model pembelajaran seperti tersebut sangat tidak dianjurkan. Model pembelajaran yang dianjurkan adalah siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Akhirnya saya teringat salah satu model pembelajaran yaitu Problem Possing dimana siswa disuruh membuat pertanyaan beserta jawabannya, yang saya rasa sangat cocok untuk menyampaikan materi tentang Puasa. Pada hari selanjutnya dengan kelas yang berbeda saya mencoba menerapkan model tersebut yang sudah dimodifikasi atau digabung dengan permainan cerdas cermat.
Pada satu kelas saya bagi menjadi 4 kelompok, agar lebih mudah dan cepat saya pilih satu deret bangku sebagai satu kelompok. Masing-masing kelompok saya beri nama sebagai regu A, regu B, regu C dan Regu D. Masing-masing siswa menuliskan sebuah pertanyaan tentang puasa beserta jawabannya disertai nama regunya. Setelah selesai pertanyaan dikumpulkan dan saya seleksi barangkali ada pertanyaan yang sama, bila ada yang sama maka siswa harus mengganti dengan pertanyaan yang lain. Setelah semua persiapan selesai maka quis atau permainan cerdas cermat dimulai. Bila saya bacakan pertanyaan dari regu A, maka regu A tidak berhak menjawab, yang berhak menjawab adalah regu B, regu C dan regu D, sedangkan regu A bertindak sebagai Juri atas pertanyaan tersebut. Bila jawaban betul diberi nilai 100 dan bila jawaban salah dikurangi 100. Bila pembuat pertanyaan memberi jawaban yang salah juga dikurangi 100. Penilaian ditulis di papan tulis sehingga semua anggota regu bisa membaca. Ternyata metode problem possing yang saya modifikasi sangat berhasil. Semua siswa sangat antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing regu, bila ada sedikit perbedaan pendapat para siswa juga adu argumentasi untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing. Pada saat-saat tertentu saya juga membahas atau mengulas jawaban-jawaban ataupun pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing regu. Walaupun itu hanyalah permainan cerdas cermat, tetapi para siswa sangat bersungguh-sungguh dalam melaksanakan atau para siswa benar-benar sangat bersaing untuk memperoleh nilai. Suasana kelas yang pada hari sebelumnya terasa sepi menjadi ramai dan semarak. Dengan model pembelajaran yang saya lakukan, siswa merasa terlibat karena mereka sendiri yang menuliskan atau membuat pertanyaan dan siswa juga sangat antusias karena mereka berlomba untuk tampil sebagai pemenang. Pada awal permainan disepakati bahwa yang menang akan diberi hadiah namun tidak disebutkan hadiahnya. Ketika waktu tatap muka selesai ditandai dengan bunyi bel, beberapa siswa merasa agak kecewa terutama jika nilai yang diperoleh regunya kecil atau sedikit, dilain pihak siswa bersorak kegirangan ketika mengetahui bahwa regunya tampil sebagai pemenang. Akhir pelaksanaan, regu sebagai pemenang dimohon tampil kedepan untuk menerima hadiah yaitu harap menyanyikan sebuah lagu. Suasana semakin meriah jika siswa dari regu lain juga ikut-ikutan bernyanyi. Saat berpisah wajah para siswa terlihat berbinar dan bahagia, sebagai guru saya juga merasa sangat puas. Semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi teman-teman yang lain terutama mata pelajaran sosial yang biasanya merasa lelah karena terlalu banyak bicara atau ceramah. Tentu saja untuk pelaksanan pada mata pelajaran bisa dimodifikasi dalam bentuk lain, saya juga berharap dengan model pembelajaran ini siswa lebih giat belajar karena siswa harus menguasai materi agar bisa membuat pertanyaan beserta jawabannya.
Musni Yuliastuti,
Guru di Kabupaten Malang.